Irmante Astalavista

Simsalabim!!!
Blog ini bercerita tentang dunia IT, ilmu kebumian, dan lain-lain.

Monday, March 26, 2007

Jargon Tukul Arwana

Luaarrrrr biasa...

Tayangan vis tu vis 'Empat Mata' di TV Trans7 memang membuat sensasi yang luar biasa efeknya buat masyarakat Indonesia. Banyak pemirsanya yang notabene orang Indonesia dipenjuru dunia, bela-belain nonton Empat Mata ini lewat web penampung video YouTube. Biasanya sih Tukul dengan pedenya sering mengatakan kalo ditonton 2 milyar penduduk dunia, hingga ada yang buat isu kalo penghasilan Tukul itu 1/2 penghasilannya David Beckham. :D

Padahal pada beberapa bulan awal tayangan ini dimulai, tidak begitu dilirik orang. Mungkin karena Tukul belum menemukan 'formula' yang pas untuk jadi presenter.

Coba Kita amati presenter lain yang juga jago ngocol seperti Ulfa, Eko, Indy Barens, Indra Bekti, dst. Sepertinya mereka sama lucunya, kadang lebih kreatif malah.

Kalo saya liat sih, kunci populeritas Tukul ini gara-gara jargon-jargon yang sering diulang. Jargon-jargon itu sering diulang oleh Tukul pada moment-moment yang sama. Misalnya:
"Kembali ke lep toop", ketika pembicaraan udah keluar topik.
"Ndeso!", kalo ada moment yang keliatan rada udik dikit.
"Puas puas puasss!", kalo abis diejek atau mengejek diri sendiri.
"Tak sobek-sobek!", biasanya kalo ejekan orang lain itu dianggap keterlaluan.
"Benerin dulu tu celanamu", kalo ada penonton studio yang ngeliatin bintang tamunya kelamaan.
"Sailen pliisss", kalo penonton studio agak ramai gara-gara ketawa yang belum kelar.

dst...

Ibaratnya lagu pop, orang akan cepet nyangkut di bagian refrainnya, seperti lagunya Ten2Five
"I will fly into your arms
and be with you
till the end of time"

atau lagunya Nidji
"Yakinkan aku Tuhan
dia bukan milikku"

Refrain tersebut kalo dipedengarkan berulang-ulang, akhirnya kan pada apal juga dengan senandung lagu tsb. Akhirnya ya... kecanduan.
Tull gak...

Nah, kerennya lagi, jargon-jargonnya Tukul ini cukup menancap di sanubari rakyat Indonesia karena bisa diimplementasikan pada banyak moment aktifitas sehari-hari.

"Kembali ke lep top", Kalo abis ngerumpi terus balik ke kerjaan.
"Puas puas puass...", kalo saling ngeledek, terus yang diejek gak bisa bales. Biasanya sih disambung dengan kata-kata "Tak sobek sobek!".
"Ndeso... ndeso", kalo ada yang keliatan udik dengan sesuatu yang belum dikenal.
"Benerin dulu tu celanamu", kalo ngeledek temen yang ngeliatin lawan jenis kelamaan.
"Katro!", kalo ada yang nggumunan.
dst.

Yang saya tau sih, beberapa jargon-jargon Tukul itu juga membuat orang membuka beberapa kacamata sudut pandang.
Misalnya kacamata kependudukan, istilah 'ndeso' itu sebenernya menggambarkan sebagian besar populasi penduduk Jakarta yang merupakan warga pendatang dari berbagai daerah di Tanah Air. Tapi ketika mereka bisa bertahan hidup di Jakarta, banyak yang merasa perlu melupakan kebersahajaan daerah asal dirinya atau orang tuanya. Metropolitan memang bisa mengubah segalanya bo'. Dasar katro!

Kacamata wirausaha. Seorang teman mengatakan Tukul sebagai sumber inspirasi berwirausaha. Pasalnya, Tukul berusaha untuk menjadikan penghasilannya itu untuk modal buat mengembangkan usaha kontrakan, rumah makan, buat rekaman, dst. duit bekerja buat Tukul alias investor, sesuai kuadran IV Kiyosaki.

Kacamata kepribadian. Kepribadian tukul yang ngakunya tidak berubah, tetep bersahaja, tetap ramah sama orang, tetep suka menolong tapi gak pamer, tetap mau mengakui asal muasalnya, dst. Tukul pun mengistilahkan fenomena ini sebagai 'kacang yang tidak lupa pada kulitnya'.
Meskipun punya Harley Davidson, tapi dia masih setia pake motor Honda Legenda 2002 untuk berangkat dan pulang syuting "Empat Mata" (sumber: MotorPlus edisi 419, 10 Maret 2007). Kayaknya susah nyari orang dengan kepribadian kayak gini di Jakarta :D.

Kacamata bercanda, sepahit-pahitnya ledekan orang itu sama Tukul gak dianggep. Apalagi ada isu penghasilan tukul itu separonya David Beckham, dia emang dibayar untuk diejek atau mengejek. Mo diejek apa aja, tetep santai tapi pede. Paling tinggal bilang "Puas puas puasss....".

Hmmm... apa lagi yah.


[irmant]

Labels: